Kamis, 20 Januari 2011

PATOLOGI ORGAN LIMFORETIKULAR

PATOLOGI ORGAN LIMFORETIKULAR

I. PATOLOGI THYMUS

A. Gangguan pertumbuhan :

1. Immunodefisiensi kongenital : defisiensi salah satu tipe limfosit pada sumsum tulang atau kegagalan maturasi sel T pada thymus

2. Agammaglobulinemia: Defisiensi immunoglobulin M pada anak kuda, kelainan genetik yang melibatkan khromosom x

3. Severe combined immunodeficiency (SCID): kelainan genetik yang menyebabkan kegagalan diferensiasi dan proses pematangan sel T dan B limfosit. Ditemukan pada kuda arab (Equine CID), dan inbred mencit. PA : hipoplasia semua organ limfoid

B. Defisiensi imun dapatan

Akibat obat-obatan kemoterapi tumor atau pada penyakit autoimun.

C. Peradangan :

1. Autoimun myasthenia gravis, ditemukan pada anjing, kucing dan manusia ditandai dengan kelemahan otot secara umum. Pada awalnya reaksi antibodi terbentuk terhadap sel myoid pada thymus yang mempunyai reseptor terhadap acetylcholine. Reseptor acetylcholine ditemukan juga pada neuro-muscular junction.

2. Peradangan akibat agen infeksius : menyebabkan thymus atrofi, korteks menipis, limfositolisis, Jumlah badan Hassal meningkat berisi banyak sel debris

a. Distemper pada anjing.

b. Equine herpevirus-1

c. Feline parvovirus

d. Feline leukemia virus (FeLV)

e. Feline immunodeficiency virus

f. Bovine immunodeficiency virus

g. Bovine leukemia virus

D. Penyakit degeneratif

Involusi thymus normal sejalan dengan usia.; Pengamatan involusi thymus berguna untuk menentukan index keparahan dan durasi suatu penyakit infeksius.

E. Hiperplasia dan neoplasia

1. Hiperplasia mrpk indikasi terjadinya autoimmun disease

2. Thymic lymphoma,

3. Lymphoepithelial lymphoma


II. PATOLOGI LIMFONODUS

A. Gangguan pertumbuhan

1. SCID : Deplesi limfoid folikel

2. Defisiensi sel T : hipoplasia limfoid folikel pada parakorteks dan berkurangnya limfoid folikel periarteriolar.

3. Defisiensi sel B : tidak dijumpai sentra germinativum.

B. Penyakit degeneratif :

1. Atrofi senilitas: deplesi folikel limfoid.

2. Hemoragi : Eritrosit yang dihasilkan akan dilisis, dan menyebabkan akumulasi hemosiderin.

3. Anthracosis : Akumulasi pigmen karbon dalam makrofag, sering dijumpai pada bagian medula.

4. Emfisema : akumulasi gas dalam jaringan limfonodus pada kasus emfisema pulmonum atau emfisema pada kasus intestinal emfisema.

5. Deplesi limfoid : terjadi akibat dilatasi dari sinus medulari akibat tersumbatnya pembuluh limfe eferen

C. Peradangan (lymphadenitis)

D. Infestasi parasit

1. Limfonodus bronkhialis : Lungworm Muellerius spp dan Protostrongylus.

2. Limfonodus mesenterika : Larva Strongylus spp pada kuda, Larva trematoda F. hepatica pada ruminan, Oesophagostomum columbianum pada domba, Linguatula serrata pada domba dan kambing.

3. Limfonodus perifer : Infestasi Demodex spp.

E. Hiperplasia / Lymphadenopathy / Lymphadenosis.

F. Neoplasia : limfoma.

III. PATOLOGI LIMPA

A. Gangguan pertumbuhan

1. Tidak ada pertumbuhan limpa (inbred mice)

2. Tidak ditemukan periarteriolar folikel limfoid (pada nude mice and rat, disertai thymic atrofi)

3. Limpa assesoria / Splenosis (pertumbuhan jaringan limpa diluar organ limpa yang sebenarnya, biasanya tumbuh sebagai nodul-nodul kecil pada omentum)

B. Penyakit degeneratif

1. Atrofi senilitas : sering dijumpai pada hewan tua teruitama anjing dan kuda. HP : Kapsula menebal dan keriput; limfoid atrofi; Infiltrasi sinus oleh jaringan fibrosa.

2. Keadaan hiperimun : HP : Sentra germinativum mengalami limfolisis, hiposelular, digantikan oleh epiteloid dan makrofag ; degenerasi hyalin pada pembuluh darah (contoh pada fetus kuda yang abortus akibat infeksi equine herpesvirus tipe 1)

3. Nodul siderotik / Gamna-Gandy bodies : PA : pada anjing tua sering ditemukan penebalan kapsula pada tepi limpa. HP : pemadatan dan penebalan jaringan kapsula, trabekula dan perivaskular, yang diendapi oleh mineral (Fe dan Ca) atau pigmen ceroid.

4. Amiloidosis : biasanya berkaitan dengan kondisi general amiloidosis. PA : Amiloid yang berwarna putih tampak sebagai nodul yang menyebar secara difus multifokus, dengan bidang sayatan yang menonjol. Limpa seperti ini dinamakan sago-spleen

5. Hemosiderosis : Pigmen besi asal pemecahan eritrosit (hemosiderin). Sering ditemukan didalam makrofag atau didalam jaringan fibrin akibat hemolisis eritrosit yang berlebihan.

C. Limpa ruptur

Dapat terjadi akibat kecelakaan mobil pada kucing dan anjing , atau pada kasus splenomegali akibat kongesti – hemolisis – peradangan – atau tumor. Kapsula limpa membelah dan isinya tercerai berai disertai perdarahan. Jaringan limpa yang terlepas dapat tumbuh menempel pada omentum atau peritoneum dan keadaan ini dinamakan splenosis – limpa asesoris.

D. Limpa torsio

Sering terjadi pada babi, anjing dan manusia. Kebanyakan terjadi pada perlekatannya dengan mesenteri (daerah hilus). Tetapi pada anjing, torsio limpa sering terjadi bersamaan dengan terpuntirnya lambung. PA : Limpa akan mengalami infark hemoragi dan kongesti.

E. Kista

1. Kista oleh Cysticercus tenuicollis.

2. Pseudokista akibat degenerasi sistik pada hematoma.

F. Gangguan sirkulasi

1. Hiperemia akut, biasanya ada kaitannya dengan infeksi sistemik, intoksikasi toksin asal bakteri seperti : Clostridium sp pada anak sapi, Erysipelas sp pada babi, Streptococcus sp pada anak sapi dan domba.

2. Kongesti, pada kasus hepatik fibrosis, dan obstruksi darah portal atau obat-obatan golongan barbiturat. PA : splenomegali, kapsula biru kehitaman, bidang sayatan merah hitam dan darah banyak keluar dari bidang sayatan. HP : Penebalan kapsula dan trabekula; atrofi limfoid; pulpa merah dipadati darah ; sinus berisi makrofag dan hemosiderin.

3. Thrombosis.

Berkaitan dengan keadaan organ sekitarnya, misalnya ada portal trombosis, retikulitis traumatika pada sapi atau abses pada limpa kuda, infeksi hog kolera yang menyebabkan fibrinoid thrombosis pada pembuluh darah

4. Infark.

Kelanjutan dari proses thrombosis.

G. Peradangan

Reaksi peradangan : infiltrasi neutrofil pada zona mantel dan sinus ; penurunan populasi sel pada sentra germinativum ; transudasi cairan plasma protein ke dalam sentra germinativum (dikenal sebagai hialinisasi intrafolikular) .

H. Nodular Hiperplasia

1. Nodular Hiperplasia, nodul berukuran 2-5 cm, cembung kearah permukaan kapsula. Nodul terdiri dari proliferasi fokal limfosit.

2. Perubahan hematopoiesis: ekstramedulari hematopoiesis, ditandai dengan banyak dijumpainya megakaryosit, terjadi pada kasus anemia hemolisis.

I. Splenomegali

Pembesaran ukuran limpa akibat

1. Kongesti : Kegagalan sistem sirkulasi ; pemakaian barbiturat

2. Hemolisis berlebihan : Parasit darah (sapi babesiosis, anaplasmosis, trypanosomiasis; ) ; Infeksi virus (kuda equine hemolitic anemia) : Infeksi bakteri (anjing leptospirosis)

3. Penyakit degeneratif : amiloidosis, lisosomal storage disease

4. Peradangan pada keadaan septisemia : Anthrax, Salmonellosis, Erisipelosis.

5. Tumor : Leukemia, limfoma, tumor vaskular

J. Neoplasma : Tumor vaskular, limfoma,


PENYAKIT KHUSUS ORGAN LIMFORETIKULAR

1. LIMFADENITIS KASEOSA

a. Agen : Corynebacterium pseudotuberculosis.

b. Host : Terutama kambing dan domba, tetapi pernah dilaporkan menyerang kuda, keledai, onta, rusa, sapi dan manusia,

c. PA/HP : Laminated abscess pada limfonodus dan organ visera; Luka fistula pada kulit.

d. Patogenesa : Agen masuk melalui penetrasi kulit, saluran pencernaan dan saluran pernafasan. Agen menghasilkan zat toksin hemolytic phospholipase, mengakibatkan hemolisis berlebihan dan menyebabkan anemia hemolisis serta ikterus dan zat leukotoksik yang menyebabkan parasit dapat menggunakan makrofag sebagai tempat berbiaknya.

2. ANTHRAX

a. Agen : Bacillus anthracis.

b. Host : Terutama hewan ruminan tetapi pernah dilaporkan ditemukan pada kuda, babi, karnivora, burung onta, reptilia, dan manusia.

c. PA / HP : (Karkas yang dicurigai anthrax memalui pemeriksaan ulas darah tepi tidak di nekropsi) Lymphangitis, Lymphadenitis, Splenomegali, Septisemia.

d. Patogenesa : Agen masuk melalui luka pada kulit dan mukosa mulut atau spora inhalasi agen masuk ke pembuluh darah/ limfe (menyebabkan perdarahan) menuju limfonodus terdekat. Agen berreplikasi di RES, kemudian menyebar dari limfonodus ke limfonodus termasuk limpa (menyebabkan lymphadenitis dan Splenitis hemoragika).

3. STREPTOKOKUS ADENITIS

a. Agen : Streptococcus porcinus.

b. Host : Babi

c. PA/HP : Abses pada ln. mandibularis diikuti oleh ln. retrofaringealis dan ln. parotid

d. Patogenesis : Agen masuk melalui luka pada mulut, kemudian agen memalui pembuluh daran atau limfe dibawa ke limfonodus terdekat.

4. TULAREMIA

a. Agen : Francisella tularensis.

b. Host : Rodensia, hewan domestikasi (anjing, kucing, kuda, domba), manusia.

c. PA/HP: Fokus milier berwarna putih pada hati, limfonodus dan limpa.

d. Patogenesa : Agen masuk melalui luka pada kulit, sal pernafasan via inhalasi atau sal pencernaan per oral . Kutu (Dermacentor andersoni dan Amblyomma americanum) dapat menjadi vektor.

5. PSEUDOTUBERKULOSIS

a. Agen : Yersinia tuberculosis.

b. Host : Terutama rodensia dan burung, tetapi telah dilaporkan pada kucing, domba, rusa peliharaan, hewan eksotik di kebun binatang.

c. PA/HP: Multifokus nekrosa perkejuan pada organ viseral.

d. Patogenesa : Agen masuk melalui saluran pencernaan, menyebabkan multifokus nekrosis pada daun Peyer, lymphangitis, lymphadenitis limfonodus setempat. Kemudian terjadi sepsisdan multifokus nekrosis pada organ lain seperti limpa dan hati

6. HISTOPLASMOSIS

a. Agen: Histoplasma capsulatum, Histoplasma farciminosus fungus.

b. Host : Anjing, kucing, kudadan manusia

c. PA/HP: Difus miliari nodul granuloma pada kulit, organ visera, penebalan mukosa usus (menyerupai lesio pada usus sapi dengan Johne’s disease), limfonodus membengkak, splenomegali

d. Patogenesa : Agen adalah parasit intraseluler dari sistem monosit dan makrofag. Agen masuk via inhalasi ke paru, diparu akan difagosit oleh makrofag dan ditransportasikan ke limfonodus terdekat kemudian ke seluruh tubuh.

7. LEISHMANIASIS

a. Agen: Leishmania sp , protozoa, parasit intraseluler dari makrofag

b. Host : Anjing, manusia

c. PA/HP: Pembesaran limfonodus, limpa dan hati.

d. Patogenesa: Masuk memakai vektor serangga penghisap darah (lalat Stomoxys, Phlebotomus atau kutu Rhipicephalus). Organisme berproliferasi didalam makrofag.

8. THEILERIOSIS

a. Agen: Theleria sp, protozoa, parasit intraseluler dari sel darah merah, mempunyai fase schizogoni dalam limfosit dan makrofag.

b. Host : Sapi

c. PA/HP : Pembengkakan limfonodus dan limpa; hiperplastik folikel limfoid daun Peyer, perivascular organ ginjal dan hati; Anemia ; Hemosiderosis limpa.

d. Patogenesa : Masuk memakai vektor serangga penghisap darah (kutu Rhipicephalus dan Hyaloma), fase schizogoni dalam limfosit dan makrofag menyebabkan lympholysis. Badan protozoa didalam sitoplasma limfosit dinamakan Koch’s blue bodies. Erythrolysis menyebabkan anemia dan ikterus, serta hemoglobinuria.

9. JEMBRANA

a. Agen : Riccketsia atau virus

b. Host : Sapi bali

c. PA/HP : Pembengkakan limfonodus dan limpa; Perdarahan ptechie organ viseral; Proliferasi sel retikular dan limfoblast; Badan inklusi basofilik intrasitoplasma pada sel limfoid, makrofag, endotel.

d. Patogenesa : Diduga masuk memakai vektor serangga penghisap darah ; agen bereplikasi didalam sitoplasma sel limfoid, makrofag, endotel.

10. TICK BORNE FEVER

a. Agen : Riccketsia atau Ehrlichia sp

b. Host : Sapi, domba, kambing

c. PA/HP : Organisme dapat dideteksi didalam sitoplasma dari netrofil dan limfosit

d. Patogenesa : masuk memakai vektor serangga penghisap darah (kutu).

0 komentar:

Posting Komentar