Senin, 30 Mei 2011

Vasectomy pada Sapi

Indikasi : deteksi estrus, penggemukan, dll

Tahapan :
  • anastesi general
  • hewan berbaring miring
  • sayatan memanjang spermatic cord
  • cari vas deferens dan keluarkan
  • ikatan pada kedua ujung
  • potong dan angkat sebagian
  • jahitan bekas sayatan

Kastrasi pada Sapi

Indikasi :
  • deteksi estrus, orchitis, tumor, penggemukan, dll
Tahapan :
  • hewan di dalam kandang khusus
  • anastesi general
  • hewan berbaring miring
  • sayatan lateral testis ( per lapis )
  • keluarkan testis + spermatic cord
  • ikatan pada buluh darah, dll
  • potong dan angkat testis
  • jahit sayatan

Cauda Epididymectomy ( Kerbau )

Tahapan :
  • hewan dianastesi epidural atau lokal ( bisa keduanya )
  • ditempatkan pada meja atau bale
  • sayatan pada cauda epididymis, ditekan hingga tersembul
  • ikat kedua sisi, potong sebagian cauda
  • jahitan pada bekas sayatan

Deviasi Penis ( Kerbau )

Indikasi :
  • deteksi estrus
  • kelainan gangguan penis, praeputium dan sekitarnya
Anastesi :
  • general + lokal / regional
Tahapan :
  • hewan teranastesi ditempatkan pada meja / bale
  • sayatan melingkar praeputium
  • sayatan kulit memanjang searah penis
  • sayatan melikngkar perut samping
  • penis + praeputium yang disayat, dimasukkan (subkutan) hingga muncul di lubang buatan pada dinding perut samping
  • jahitan pada bekas sayatan

Anastesi Epidural

Daerah orientasi :
  • os sacrum - os coccygea 1 ( anterior )
  • os coccygea 1-2-3 ( posterior )
Anastetika dan dosis :
  • Lidocaine HCl, Procaine HCl, dll
  • dosis : 35-45 mg/100kg Berat badan
  • kadang ditambah vasokonstriktor pembuluh darah ( adrenalin, epinefrin, dll)

Bedah Caesar ( Sapi/domba/kambing)

Bedah Caesar----(sapi)

Indikasi :
  • kesulitan partus
  • anak sehat, lingkungan mendukung
  • upaya lain sulit
Anastesi:
  • epidural + lokal / regional
  • bisa juga dengan paralumbal
  • anastesi general dihindari jika fetus hidup

Sayatan :
1. Hewan berdiri :
  • hewan dimasukkan creat / kandang jepit
  • anastesi epidural + lokal daerah flank kiri
  • sayatan vertikal daerah flank ---otot-otot
  • sayatan uterus : hindari plasentoma
  • ikat umbilical cord, potong cord, keluarkan fetus
  • jahitan pada bekas sayatan
2. Hewan berbaring --- domba/kambing
  • hewan dianastesi epidural + lokal daerah linea alba
  • sayatan daerah kiri / kanan linea alba---otot-otot
  • sayatan uterus : hindari plasentoma
  • ikat umbilical cord, potong cord, keluarkan fetus
  • jahitan pada bekas sayatan
Post Operatif :
Prinsip hindari infeksi, dan percepat persembuhan luka

Jumat, 27 Mei 2011

Teratologi III

Lanjutan....

KEJADIAN TERATOLOGIS

1. Penyebab Genetik
kejadian teratologis akibat kelainan genetik atau kerusakan kromosom hanya 30%
Kelainan turunan yang bersifat patologi atau patofisiologi, akibat :
  • mutasi genetik
  • kerusakan kromosom
Robertsonian Translocation terjadi akibat penggabungan dari Acrocentric Chromosomes
Diagnosa :
Terjadi kelainan genetik dalam suatu keluarga : antar generasi atau dalam generasi
Berdasarkan
  • informasi keturunan yang normal dan abnormal
  • informasi hubungan kekeluargaan


Kejadian pada Sapi :
  • umumnya adalah kejadian yang terkait dengan "Simple Autosomal Recessive"
  • jarang yang bersifat "Sex Linkage"
  • mungkin bersifat "Polygenic Traits"
  • "Chromosomal Translocation" mengakibatkan penurunan fertilitas
  • "Kinefelter's Syndrome" (XXY) testicular hypoplasia pada sapi, domba, babi, anjing
Kejadian pada Kelinci
  • kejadian "Triploidy" (3n) akibat "Polyspermic Fertilization"
  • kasus terjadi akibat kejadian kawin yang terlambat

Kejadian pada Manusia
  • kejadian keguguran akibat adanya abnormalitas karena "Extra Autosome" yang disebut "Trisomy"
  • hilangnya satu "Sex Chromosome", merupakan penyebab keguguran juga walau hanya berkisar 20%, namun apabila hidup (XO) : Aplasia / Disgenesis Ovarium "Turner's Syndrome"
  • Kinefelter's Syndrome (XXY) kejadian extra sex chromosomes (dilaporkan juga pada sapi). Laki-laki : testicular aplasia, tanda kelamin sekunder tidak tampak, spermatogonia gagal berkembang (tubuli seminiferi hampa sel spermatogenik)
  • Triploidi (3n) --> umumnya mati, pada manusia khususnya jika kebuntingan terjadi pada periode waktu 6bulan akibat terjadi kelalaian dalam penggunaan dari kontrasepsi oral
  • "Chromosomal Translocation" mengakibatkan "Embrionic Death"
  • Radiasi "X-Ray" --> lesio pada otak fetus dan mempengaruhi kromosom pada "Spermatogenic Tissue" yang dewasa


2. Penyebab Lingkungan
Meliputi beberapa faktor penyebab :
  • tanaman teratogenik
  • virus
  • obat-obatan
  • kimia (trace element, dll)
  • gangguan fisik
Sulit diidentifikasi, sering muncul bersamaan (sporadis), berkaitan dengan :
  • musim
  • kondisi stress
  • penyakit pada induk
Tidak ada keterkaitannya dengan garis keturunan. Dapat terjadi pada tiap-tiap genotip pada masa /periode kritis. Kejadian teratologik lebih frekuen terjadi pada neonatus dari induk yang baru beranak (primiparous)
Fetal immunoglobulin level terhadap agen infeksi pada kejadian abortus yang frekuen akan meningkat:
  • morbiditas dalam kelompok (herd) ternak dapat diamati
  • kemungkinan dapat terjadi juga pada jenis ternak yang lain
Observasi / studi lapangan harus dilakukan untuk menegakkan diagnosa:
  • mengamati frekuensi dan tipe dari kelainan dalam kelompok
  • identifikasi makanan / pakan yang dikonsumsi oleh semua ternak dalam kelompok
  • mengamati symptom infeksi yang terjadi

Contoh faktor teratogenik dari lingkungan
  1. Tanaman teratogenik : Tobacco, Locoweeds
  2. Virus
  • Akabane Virus : Abortus, prematur dengan kelainan arthrogryposis-hydranencephaly (A-H) Syndrome
  • Bovine virus diarrhea : dapat merangsang kelainan kongenital Cerebellar Dysplasia, Dysmyelogenesis, Internal hydrocephalus dysmaturity (intrauterine retardid), merusak kemampuan immunologik
  • Blue Tongue Virus : abortus, stillbirth dan kelainan kongenital Arthrogryposis, Campylognathia, Prognathism, Hydranencephaly, "Dummy Calf" syndrome

CHUZAN DISEASE
Dapat merangsang kelainan kongenital Hydranencephaly dan Cerebellar hypoplasia

3. Penyebab Lain-lain
  • Tekanan pada kantong amnion (Rectal palpation)
  • Defisiensi Vit. A
  • Hyperthermia
  • Defisiensi manganese atau iodine
  • Fetal hypoxia

Teratologi II

Lanjutan.....

Penyebab Cacat Lahir
  • Kelainan genetik
  • Zat teratogen (teratogenic agent)
  • Virus
  • Kurangnya substansi kimia dalam proses perkembangan atau organogenesis
  • Kelebihan substansi normal dalam perkembangan atau organogenesis
Patogenesa
  • Zat teratogen : merusak jaringan yang telah terbentuk --> kemampuan perbaikan jaringan --> Kerusakan / gangguan perkembangan
  • Virus : menetap >--> melalui periode-periode kritis >>> gangguan berbahaya terhadap embrio sebelum timbul kemampuan immunologi
  • zat teratogen --> waktu aktivitasnya pendek
  • Penyakit : rusaknya plasenta --> molekul-molekul ukuran besar melewati plasenta dan mengganggu proses perkembangan / proses organogenesis
Bentuk Cacat Lahir
  • cacat hanya meliputi satu organ tubuh atau sebagian dari organ --> ANOMALI
  • cacat bentuk menyeluruh --> MONSTER

Berdasarkan penyebabnya, kejadian cacat lahir terbagi menjadi dua sifat :
  1. Genetis : bila suatu defek yang sama timbulnya sering pada individu-individu yang ada hubungan darah atau mempunyai latar belakang asal-usul sama
  2. Non Genetis : bila suatu defek terjadi pada individu yang tidak memiliki hubungan kekerabatan dan pada umumnya sporadis apabila penyebabnya karena lingkungan terkait dengan faktor lingkungan sekitarnya
Apabila kejadian anomali non genetik sama dengan kejadian kelainan genetik --> PHENOCOPY

Derajat kejadian cacat lahir :
  • Lethal
  • Semi Lethal (menghambat kelangsungan hidup)
  • Efek yang kecil terhadap kesanggupan hidup
  • Mempengaruhi estetika dan mengurangi nilai ekonomi


Bersambung....

Teratologi I

Definisi:

Merupakan bagian dari ilmu embiologi dan patologi yang berhubungan dengan perkembangan abnormal dan salah bentuk dari suatu individu di dalam rahim pada phase Antenatal / Prenatal

Istilah Teratologi berasal dari bahasa Yunani Teras = monster dan Logos = ilmu

Prinsip Umum Teratologi
  1. kepekaan teratogenetis tergantung pada genotype dari konseptus dan interaksi dengan faktor lingkungan
  2. kepekaan terhadap faktor / agen teratogenik tergantung pada variasi tahap perkembangan individu saat terkena agen teratogenik. Periode kritis >>> Organogenesis
  3. agen teratogenik memiliki mekanisme spesifik terhadap pertumbuhan sel dan jaringan dalam menginisiasi abnormalitas embryogenesis
  4. hasil akhir abnormalitas perkembangan adalah : mati, malformasi, pertumbuha terhambat dan fungsi yang menurun

Periode terjadinya Perkembangan Abnormal

Konseptus kemungkinan rentan terhadap pengaruh dari gangguan lingkungan dan kelainan genetik pada periode :
  1. pre-implantasi (0-14 hari)
  2. embrio ( 14-35 hari)
  3. fetal ( >35 hari)
Tingkat Resistensi / Kerentanan Periode Perkembangan :
  1. Periode Pre-implantasi : resisten terhadap agen teratogens, tetapi sangat rentan terhadap mutasi genetik dan penyimpanan kromosom
  2. Periode Embrio : sangat rentan terhadap agen teratogen tetapi telah lewat masa kritis periode perkembangan dari organ atau sistem
  3. Periode Fetus : kembali bertambah resisten terhadap agen teratogen kecuali bagian tubuh yang terakhir berkembang dalam proses diferensiasi yaitu Cerebellum, Palate, dan Sistem Urogenital
Periode Embrio >>> Kritis
Proses Rudimentasi dari Germinal Primitive Layers dan proses diferensiasi
Tiap-tiap organ >>> periode kritis pada perkembangannya

Proses Pertumbuhan dan Diferensiasi Organ
  • proses biokimiawi
  • dibawah kontrol gen-gen >>> suatu rangkaian yang teratur >>> hambatan >>> kelainan

"cacat lahir atau penyakit lahir adalah terjadinya abnormalitas dari struktur atau fungsi saat lahir"



Bersambung.........





Gangguan Anatomis Babi

Kegagalan pertumbuhan organ reproduksi seperti vagina, cervix, corpus uteri dan cornua uteri disebabkan kemungkinan faktor herediter (0,74%)

Kejadian :
  • tanpa cornua uteri >>> 0.3%
  • hilang sebagian uteri >>> 0.3%
  • hilang cervix, vagina, cornua uteri >>> 0.02%
  • hilang cervix >>> 0.02%
  • semua hilang sisa vagina saja >>> 0.04%
  • cervix kembar >>> 0.04%
  • uterus kembar >>> 0.02%

Hypoplasia Ovari

  • pertumbuhan yang tidak normal ovari satu bagian atau keseluruhannya
  • ovari biasa kecil, tipis, keras dan kadang seperti kabel di ujung ligamentumnya
  • pemeriksaan harus periodik dan harus dibedakan dengan kejadian hypofungsi ovari
  • pada kasus hypoplasia pemberian FSH tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan folikelnya. sedangkan pada hypofungsi ovari akan merangsang pembentukan folikel
Kejadian :
  • 87.1% bagian kiri gonad
  • 4.3% bagian kanan gonad
  • 9.6% kedua gonad
  • jenis sapi : Swedian Highland cattle , Shorthorn cattle

White Heifer Disease

Kasus :
gangguan perkembangan saluran Mulleri mengakibatkan beberapa anomali dari vagina, serviks, dan uterus ( ovarium berkembang normal, hewan dapat menunjukkan siklus estrus normal dan sekresi saluran reproduksi )

Bentuk Kelainan :
  • persistent of hymen
  • vagina, serviks dan tanduk uterus tidak jelas ( bisa aplastis komplit atau pada umumnya parsial )
  • uterus didelphys

Freemartin

Kasus : kembar satu jantan dan satu betina (terjadi anastomosis / hubungan antara pembuluh darah pada sambungan kantong allantois)

Tingkat kejadian
  • Sapi : 92% kembar jantan-betina mengalami freemartin
  • Kambing / Domba : 5,5% bunting kembar dengan ada satu jantan

Penyebab :
  • hormon androgen (jantan) pada tahap awal diferensiasi jaringan testikular fetus jantan menghambat proses diferensiasi gonad betina dan saluran mulleri
  • Mullerian Inhibition Substance (MIS)
  • Sex Chromosome Chimerism

Tanda Klinis / Perubahan pada Organ dan Saluran Reproduksi
  • anestrus
  • vagina seperti selang kecil dan buntu
  • klitoris berkembang besar
  • uterus pipih seperti pita
  • ovarium hypoplasia / aplasia / hypofungsi

Diagnosa
  • analisa hormon androgen (testosteron)
  • analisa kromosom : 1. terjadi percampuran hemopoetic precursor cells, sehingga ditemukan sel jantan dan betina di setiap pedet kembar beda kelamin. 2. ditemukan kromosom khimera

CYSTIC OVARY

pengertian :
adanya perkembangan folikel yang besar bersifat patologis pada ovarium dengan gejala nymphomania dan anestrus.

Etiologi :
  • merupakan penyakit sapi perah, walaupun kadang-kadang ada pada sapi potong
  • sering pada hewan yang dikandangkan
  • segala umur dari pubertas sampai tua (lebih sering mengikuti kelahiran ke 2-5)
  • berkaitan dengan produksi susu tinggi
  • faktor predisposisi : kondisi ransum yang baik terutama protein yang tinggi, kombinasi dengan kurang excercise dan sinar matahari
  • kejadian sring 1-4 bulan post partus, paling sering 2-3bulan post partus (produksi susu tinggi)
Mekanisme kejadian dan jenis
  • defisiensi LH atau kegagalan mekanisme pelepasan LH
  • tidak hanya kegagalan ovulasi, tetapi menyebabkan tertahannya folikel besar lainnya
  • lebih sering multiple cystic daripada single
Jenis Cystic:
  • cystic folikuler atau folikel
  • cystic luteal
  • cystic corpora luteal
ovulatory defect
  • delayed ovulation
  • anovulation:
    folikular regresion and atresia; luteinization of follicle with subsequent regression; continued follicular growth and cysth formation

Mekanisme kejadian cystic luteal :
  • ovulasi terjadi, tetapi CL gagal berkembang karena defisiensi LH, folikel lain yang biasanya atretic, tumbuh atas pengaruh FSH dan cukup LH, secara parsial menyebabkan luteinisasi folikel tadi
  • LH yang tidak cukup untuk menginduksi ovulasi menyebabkan secara parsial luteinisasi folikel, berfungsi seperti halnya sel lutein yang memproduksi progesteron

Faktor Penyebab Lainnya :
  • ketidakseimbangan LH dan FSH
  • meningkatnya produksi prolaktin dan hormon pertumbuhan
  • hambatan pelepasan LH oleh hypothalamus
Perbedaan diantara Cystic
  • sulit dibedakan dengan palpasi per rektal (tergantung pengalaman)
  • akan mudah dengan bantuan USG

Cystic Folikel [] Cystic Luteal
----------------------------------------------------------------------------
a. dinding cystic tipis [] tebal
b. bentuk biasanya banyak [] biasanya tunggal
c. progesteron rendah [] tinggi
d. cairan cystic kuning terang [] kuning pekat sampai keemasan


SYMPTOM I : NYMPHOMANIA
  • estrus yang frekuen, tidak teratur dan terus menerus
  • sering berusaha menaiki betina lain, tapi menolak dinaiki
  • bersifat agresif seperti pejantan (buller)
  • relaksasi lig. sacroisciadic
  • organ genital odematos dan atonic (beda dengan estrus)
  • vulva bengkak dan relaksasi
  • lendir meningkat, lebih keruh dibandingkan lendir saat estrus
  • external os serviks besar, dilatasi dan relaksasi
  • pembesaran uterus dan dindingnya tapi tidak ereksi

SYMPTOM II : ANESTRUS
  • estrus sangat lemah sampai anestrus
  • vulva tidak menunjukkan pembesaran
  • lendir sedikit
  • cenderung gemuk dan malas, sering dianggap bunting
  • didukung adanya relaksasi ligamentum pelvis
NYMPHOMANIA KRONIS
  • akibat relaksasi ligamentum2 pelvis menyebabkan rebahnya daerah pelvis dan terjadilah elevasi / pembengkokan bagian cranial ekor yang lebih tinggi akibat relaksasi ligamentum sacro isciatic
  • elevasi / pembengkokan bagian cranial ekor ini dikenal dengan istilah "punuk kemajiran" (sterility hump)
CYSTIC CORPORA LUTEA
  • berbeda dengan cystic luteal meskipun ada beberapa persamaan
  • berasal dari corpus luteum
  • pada awal pembentukan CL, theca interna membran folikel berproliferasi secara cepat dan biasanya meninggalkan lubang
  • 25% lubang ini jarang tertutup tetap ada
  • lubang yang dianggap normal dengan diameter 7-8mm. lebih besar dari itu dianggap patologis dan cystic
  • mempunyai kontribusi dalam kematian embrional

PENANGGULANGAN

Cystic Folikel :
  • GnRH
  • gonadotropin yang mempunyai efek LH (hCG, Chorullon, Nymphalon
  • Progesteron, kombinasi dengan hCG, GnRH dan Prostaglandin
Cystic Luteal :
  • PGF2alpha (Reprodin, Estrumate, Prosolvin, Prostavet)
  • enukleasi = residiva sering terjadi

Kamis, 26 Mei 2011

Bisnis Ayam Petelur Skala Kecil

Skala kecilpun dapat dimulai untuk proses budidaya ayam petelur.

Fokuskanlah sementara hanya pada fase produksi, sehingga kira-kira dibutuhkan biaya awal berupa:

1. Bangunan kandang lengkap plus peralatan, kira-kira Rp. 40.000,-/ekor x populasi
2. Ayam siap telur umur 16 minggu, kira-kira Rp. 45.000,-/ekor x populasi
3. Pakan + vaksin + medicine sampai umur 20 minggu, kira-kira Rp. 7.500,-/ekor

Ke-3 pengeluaran di atas dianggap sebagai "capital injection".

Selanjutnya, paling lambat umur 20 minggu ayam mulai bertelur 5% dan meningkat terus sesuai dengan proyeksi produksi standar-nya. Sehingga mulai umur 20 mgg tersebut mulai dihitung rupiah pemberian pakan dan rupiah pendapatan jual telur.

Sejak umur 20 minggu sampai umur 80 minggu, ayam dapat bertelur sebanyak 22 kg telur / ekor ayam, dengan mengkonsumsi pakan sekitar 50 kg.

Selama masa pemeliharaan (umur 20 - 80 minggu) akan ada sekian persen ayam yang mati, sehingga saat afkir ayam di akhir masa produksi tidak 100% ayam dapat kita jual kembali. Pendapatan dari hasil penjualan ayam afkir ini akan menjadi pengurang dari nilai awal saat membeli ayam siap telur. Selisih nilai tersebut selanjutnya menjadi "nilai penyusutan pullet".

Jadi, hasil penjualan ayam afkir sebetulnya bukanlah merupakan tambahan pendapatan melainkan sebagai pengurangan atas modal.

Kunci keberhasilan dalam bisnis ayam petelur adalah efisiensi produktifitas ayam. Siapapun Anda sebagai pemain bisnis ayam petelur tidak akan mampu mengendalikan harga.

Bila produktifitas ayam Anda mampu mencapai 22 kg telur/ekor/siklus, itu artinya potensi genetik dapat Anda peroleh seluruhnya.


Ingin tau lebih detail, silahkan meluncur ke BLOG Perunggasan Indonesia di www.unggasindonesia.wordpress.com